Purposive Sampling Menurut Sugiyono 2019: Panduan Lengkap & Mudah Dimengerti

Halo, selamat datang di benzees.ca! Senang sekali bisa berbagi pengetahuan dan informasi bermanfaat dengan Anda. Kali ini, kita akan membahas tuntas tentang salah satu teknik pengambilan sampel yang sering digunakan dalam penelitian, yaitu Purposive Sampling menurut pandangan Bapak Sugiyono dalam bukunya tahun 2019.

Apakah Anda pernah bertanya-tanya, bagaimana cara menentukan sampel penelitian yang benar-benar representatif dan sesuai dengan tujuan penelitian? Atau mungkin Anda sedang bingung memilih teknik sampling yang paling tepat untuk penelitian Anda? Jangan khawatir, Anda berada di tempat yang tepat!

Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas Purposive Sampling Menurut Sugiyono 2019, mulai dari definisi, kriteria, kelebihan, kekurangan, hingga contoh penerapannya dalam berbagai jenis penelitian. Jadi, siapkan secangkir kopi atau teh hangat, dan mari kita mulai petualangan ilmiah ini!

Apa Itu Purposive Sampling Menurut Sugiyono 2019?

Definisi Sederhana Purposive Sampling

Purposive sampling, atau yang juga dikenal sebagai judgment sampling, adalah teknik pengambilan sampel non-probabilitas di mana peneliti secara sadar memilih sampel berdasarkan kriteria atau karakteristik tertentu yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian. Jadi, alih-alih memilih sampel secara acak, peneliti menggunakan penilaian subjektif untuk memastikan bahwa sampel yang dipilih dapat memberikan informasi yang paling akurat dan mendalam tentang populasi yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2019), Purposive Sampling Menurut Sugiyono 2019 adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Artinya, peneliti memiliki alasan yang kuat mengapa memilih individu atau kelompok tertentu sebagai sampel. Alasan ini biasanya didasarkan pada pengetahuan peneliti tentang populasi dan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

Singkatnya, dalam purposive sampling, peneliti memiliki kendali penuh atas siapa yang menjadi bagian dari sampel. Hal ini memungkinkan peneliti untuk fokus pada individu atau kelompok yang paling relevan dengan pertanyaan penelitian dan untuk menghindari pemborosan sumber daya pada individu atau kelompok yang kurang relevan.

Kriteria Pemilihan Sampel Purposive

Lalu, apa saja kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam memilih sampel menggunakan teknik purposive sampling? Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:

  • Relevansi: Sampel harus relevan dengan tujuan penelitian. Artinya, individu atau kelompok yang dipilih harus memiliki karakteristik atau pengalaman yang dapat memberikan wawasan yang berharga tentang topik yang diteliti.
  • Pengetahuan: Peneliti harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang populasi yang diteliti untuk dapat memilih sampel yang representatif dan informatif.
  • Ketersediaan: Sampel harus mudah diakses dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.
  • Variasi: Jika memungkinkan, peneliti harus berusaha untuk memilih sampel yang beragam untuk memastikan bahwa berbagai perspektif dan pengalaman terwakili.

Mempertimbangkan kriteria-kriteria ini akan membantu peneliti memastikan bahwa sampel yang dipilih dapat memberikan data yang valid dan reliabel, serta menjawab pertanyaan penelitian dengan efektif.

Kelebihan dan Kekurangan Purposive Sampling

Seperti halnya teknik sampling lainnya, purposive sampling memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Memahami kelebihan dan kekurangan ini penting untuk menentukan apakah teknik ini cocok untuk penelitian Anda.

Kelebihan:

  • Efisiensi: Purposive sampling dapat menjadi cara yang efisien untuk mengumpulkan data dari populasi yang sulit diakses atau yang memiliki karakteristik khusus.
  • Kedalaman: Memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data yang mendalam dan rinci dari individu atau kelompok yang memiliki pengetahuan atau pengalaman yang relevan.
  • Fleksibilitas: Teknik ini fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

Kekurangan:

  • Subjektivitas: Rentan terhadap bias peneliti karena pemilihan sampel didasarkan pada penilaian subjektif.
  • Generalisasi: Hasil penelitian mungkin sulit untuk digeneralisasikan ke populasi yang lebih luas karena sampel tidak dipilih secara acak.
  • Validitas: Validitas hasil penelitian dapat dipertanyakan jika sampel tidak representatif atau jika peneliti melakukan kesalahan dalam penilaian.

Langkah-Langkah Melakukan Purposive Sampling Menurut Sugiyono

Identifikasi Tujuan Penelitian yang Jelas

Langkah pertama yang krusial dalam purposive sampling adalah mengidentifikasi tujuan penelitian Anda dengan jelas dan spesifik. Apa pertanyaan penelitian yang ingin Anda jawab? Apa informasi yang ingin Anda dapatkan dari sampel? Tujuan penelitian yang jelas akan membantu Anda menentukan kriteria pemilihan sampel yang tepat.

Tanpa tujuan yang jelas, Anda mungkin akan kesulitan memilih sampel yang relevan dan informatif. Bayangkan Anda ingin meneliti tentang "pengalaman siswa dalam pembelajaran daring." Tujuan ini masih terlalu umum. Coba spesifikkan, misalnya, "pengaruh pembelajaran daring terhadap motivasi belajar siswa kelas XII SMA X." Dengan tujuan yang lebih spesifik, Anda akan lebih mudah menentukan kriteria siswa yang perlu Anda jadikan sampel.

Selain itu, pastikan tujuan penelitian Anda selaras dengan sumber daya yang Anda miliki. Apakah Anda memiliki akses ke populasi yang ingin Anda teliti? Apakah Anda memiliki cukup waktu dan anggaran untuk mengumpulkan data dari sampel yang Anda pilih?

Tentukan Kriteria Pemilihan Sampel

Setelah tujuan penelitian jelas, langkah selanjutnya adalah menentukan kriteria pemilihan sampel. Kriteria ini harus didasarkan pada karakteristik atau atribut yang relevan dengan tujuan penelitian. Misalnya, jika Anda ingin meneliti tentang kepemimpinan, Anda mungkin memilih sampel yang terdiri dari para manajer atau supervisor.

Kriteria pemilihan sampel harus spesifik dan terukur. Hindari kriteria yang terlalu umum atau ambigu. Misalnya, daripada mengatakan "orang yang berpengalaman," lebih baik katakan "orang yang memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun di bidang X."

Pastikan juga bahwa kriteria yang Anda tetapkan realistis dan dapat dicapai. Jangan menetapkan kriteria yang terlalu ketat sehingga sulit untuk menemukan sampel yang memenuhi syarat. Pertimbangkan juga ketersediaan dan aksesibilitas sampel.

Pilih Sampel Berdasarkan Kriteria yang Ditetapkan

Setelah kriteria pemilihan sampel ditetapkan, langkah selanjutnya adalah memilih individu atau kelompok yang memenuhi kriteria tersebut. Proses pemilihan ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti wawancara, observasi, atau penelusuran data.

Dalam proses pemilihan, penting untuk tetap objektif dan menghindari bias. Jangan memilih sampel hanya karena Anda menyukai atau mengenal mereka. Pastikan bahwa sampel yang Anda pilih benar-benar memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Jika memungkinkan, libatkan orang lain dalam proses pemilihan sampel untuk mengurangi risiko bias. Misalnya, Anda dapat meminta bantuan kolega atau ahli di bidang yang relevan untuk memberikan masukan.

Contoh Penerapan Purposive Sampling dalam Penelitian

Studi Kasus tentang Efektivitas Program Pelatihan

Misalkan Anda ingin melakukan studi kasus tentang efektivitas program pelatihan kepemimpinan di sebuah perusahaan. Anda dapat menggunakan purposive sampling untuk memilih peserta pelatihan yang dianggap paling representatif dan informatif.

Kriteria pemilihan sampel dapat mencakup:

  • Peserta yang aktif berpartisipasi dalam program pelatihan.
  • Peserta yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam keterampilan kepemimpinan.
  • Peserta yang memiliki peran penting dalam perusahaan.

Dengan memilih sampel berdasarkan kriteria ini, Anda dapat memperoleh data yang mendalam dan rinci tentang efektivitas program pelatihan. Anda dapat mewawancarai peserta, mengamati kinerja mereka di tempat kerja, dan menganalisis data terkait lainnya.

Penelitian tentang Pengalaman Pengguna Aplikasi Mobile

Dalam penelitian tentang pengalaman pengguna aplikasi mobile, Anda dapat menggunakan purposive sampling untuk memilih pengguna yang memiliki karakteristik tertentu, seperti:

  • Pengguna yang sering menggunakan aplikasi.
  • Pengguna yang memberikan ulasan positif atau negatif tentang aplikasi.
  • Pengguna yang memiliki latar belakang demografis yang berbeda.

Dengan memilih sampel yang beragam, Anda dapat memperoleh wawasan yang komprehensif tentang pengalaman pengguna aplikasi mobile. Anda dapat mengumpulkan data melalui survei, wawancara, atau analisis data penggunaan aplikasi.

Evaluasi Program Kesehatan Masyarakat

Saat mengevaluasi program kesehatan masyarakat, Anda dapat menggunakan purposive sampling untuk memilih partisipan program yang memiliki pengalaman yang beragam. Misalnya, Anda dapat memilih:

  • Partisipan yang berhasil mencapai tujuan program.
  • Partisipan yang mengalami kesulitan dalam mengikuti program.
  • Partisipan yang berasal dari berbagai kelompok usia, jenis kelamin, atau etnis.

Dengan memilih sampel yang representatif, Anda dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang efektivitas program dan dampaknya terhadap masyarakat. Anda dapat mengumpulkan data melalui wawancara, survei, atau analisis data kesehatan.

Tabel: Perbandingan Teknik Sampling

Berikut adalah tabel yang membandingkan Purposive Sampling dengan beberapa teknik sampling lainnya:

Teknik Sampling Definisi Kelebihan Kekurangan
Purposive Sampling Memilih sampel berdasarkan kriteria tertentu yang relevan dengan tujuan penelitian. Efisien, memungkinkan pengumpulan data mendalam, fleksibel. Rentan terhadap bias, sulit digeneralisasikan, validitas dapat dipertanyakan.
Simple Random Sampling Setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Tidak bias, mudah diimplementasikan, hasil dapat digeneralisasikan. Membutuhkan daftar lengkap populasi, mungkin tidak representatif jika populasi heterogen.
Stratified Random Sampling Membagi populasi menjadi beberapa strata (kelompok) berdasarkan karakteristik tertentu, kemudian memilih sampel secara acak dari setiap strata. Representatif untuk populasi heterogen, meningkatkan akurasi hasil penelitian. Membutuhkan informasi tentang strata, lebih kompleks dari simple random sampling.
Cluster Sampling Membagi populasi menjadi beberapa cluster (kelompok), kemudian memilih cluster secara acak dan mengambil semua anggota cluster sebagai sampel. Cocok untuk populasi yang tersebar geografis, mengurangi biaya penelitian. Kurang akurat dibandingkan simple random sampling atau stratified random sampling.
Convenience Sampling Memilih sampel berdasarkan ketersediaan dan kemudahan akses. Mudah dan murah, cepat diimplementasikan. Sangat rentan terhadap bias, hasil tidak dapat digeneralisasikan.

FAQ: Pertanyaan Umum tentang Purposive Sampling Menurut Sugiyono 2019

  1. Apa perbedaan utama antara purposive sampling dan random sampling?
    • Purposive sampling memilih sampel berdasarkan kriteria peneliti, sementara random sampling memilih sampel secara acak.
  2. Kapan sebaiknya menggunakan purposive sampling?
    • Ketika peneliti memiliki pengetahuan tentang populasi dan ingin fokus pada sampel yang paling relevan.
  3. Bagaimana cara menghindari bias dalam purposive sampling?
    • Dengan menetapkan kriteria yang jelas dan objektif, serta melibatkan orang lain dalam proses pemilihan.
  4. Apakah hasil penelitian menggunakan purposive sampling dapat digeneralisasikan?
    • Tidak, karena sampel tidak dipilih secara acak, hasil penelitian sulit digeneralisasikan ke populasi yang lebih luas.
  5. Apa saja contoh kriteria yang dapat digunakan dalam purposive sampling?
    • Pengalaman, pengetahuan, posisi, atau karakteristik demografis tertentu.
  6. Apa yang dimaksud dengan judgment sampling?
    • Judgment sampling adalah sinonim dari purposive sampling.
  7. Bagaimana cara menentukan ukuran sampel yang tepat dalam purposive sampling?
    • Ukuran sampel ditentukan berdasarkan pertimbangan peneliti dan tujuan penelitian.
  8. Apa saja tantangan dalam melakukan purposive sampling?
    • Menghindari bias, memastikan validitas data, dan mengelola ekspektasi generalisasi.
  9. Apakah purposive sampling cocok untuk penelitian kuantitatif?
    • Meskipun lebih sering digunakan dalam penelitian kualitatif, purposive sampling juga dapat digunakan dalam penelitian kuantitatif dengan hati-hati.
  10. Apa perbedaan antara purposive sampling dan snowball sampling?
    • Purposive sampling memilih sampel berdasarkan kriteria awal, sedangkan snowball sampling menggunakan jaringan sosial untuk menemukan sampel tambahan.
  11. Bagaimana cara memastikan bahwa sampel purposive representatif?
    • Dengan mendefinisikan kriteria yang jelas dan memastikan bahwa sampel mencerminkan keragaman populasi yang relevan.
  12. Apakah ada software yang membantu melakukan purposive sampling?
    • Tidak ada software khusus, tetapi software pengolah data seperti SPSS atau R dapat membantu menganalisis data yang dikumpulkan.
  13. Bagaimana cara melaporkan penggunaan purposive sampling dalam laporan penelitian?
    • Jelaskan dengan rinci kriteria pemilihan sampel, alasan penggunaan teknik ini, dan potensi keterbatasan hasil penelitian.

Kesimpulan

Semoga artikel ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang Purposive Sampling Menurut Sugiyono 2019. Ingatlah bahwa purposive sampling adalah teknik yang powerful jika digunakan dengan tepat, tetapi juga memiliki keterbatasan yang perlu diperhatikan.

Terima kasih telah mengunjungi benzees.ca! Jangan lupa untuk kembali lagi di lain waktu untuk mendapatkan informasi bermanfaat lainnya. Kami akan terus menyajikan artikel-artikel berkualitas yang akan membantu Anda dalam penelitian dan pengembangan diri. Sampai jumpa!